Dilema Husnudzon (Melahirkan Pemimpin Yang Korup)

Husnudzon Sebuah Dilema
Orang tampan atau cantik belum tentu baik hatinya begitu juga sebaliknya, orang baik hatinya belum tentu cantik atau tampan. Dewasa ini agama cuma hanya di jadikan kedok atau topeng semata, agar terlihat lebih baik dari watak aslinya yang jahat. Dengan sedikit polesan agamis, religius orang akan menjadi mudah percaya, karena memang islam mengajarkan umatnya untuk tidak mudah berburuk sangka, akan tetapi harus berbaik sangka, ini adalah suatu sikap yang mulia, namun bagi orang-orang yang sengaja mencari keuntungan dari agamanya, inilah senjata yang paling ampuh untuk di hembuskan kepada khalayak muslim, agar dia mendapatkan kesempatan untuk berbuat curang, mendzalimi, menipu, memperdaya mencuri dan lain-lainnya.


Husnudzon ini menjadi dilema bagi umat islam di indonesia ini, "Kalau su'udzon justru kita menyalahi ajaran agama islam sendiri dan kalau husnudzon takut memberikan peluang atau kesempatan kepada orang-orang jahat".

Watak Matrealistis
Setiap manusia pastilah mempunyai hajat hidup yang selalu menjadi tuntutan dari semenjak dulu kecil sampai dewasa hingga tua, selalu di tuntut dan di cokoki sifat hubu dunia (cinta mati kepada harta).

Terbukti dari generasi ke generasi selalu materi dan materi lagi yang menjadi hal paling utama dan ini  di cerminkan tidak saja oleh tatan masyarakat umumnya, kepemerintahanpun sama, selalu materi yang menjadi tujuan utama, "Bagaimana cara meningkatkan taraf kehidupan masyarakat". Tidak pernah mendengar dari pemerintahan yang lalu hingga sekarang yang mempunyai program tujuan bagaimana caranya meningkatkan keimanan dalam beragama, seolah-olah agama adalah tugas para ulama saja, tidak ada yang secara terstruktur dan di naungi oleh pemerintahan, kalaupun ada semata-mata yang bagian ada duitnya saja, contohnya menteri agama hampir yang di urusi cuman haji saja tidak dengan lainnya, padahal ke kuatan ketahanan segala hal ada pada keimanan dan ketakwaan kepada tuhan yang maha esa dan kesadaran berbangsa dan bernegara justru iman adalah modal utamanya.

Islam Selalu di Sudutkan
Orang-orang yang selalu menyudutkan islam janganlah di anggap serius atau penting dan jangan seperti orang kebakaran jenggot, tanggapilah dengan santai dan bijaksana, karena memang mereka tidak paham sepenuhnya tentang islam, toh kejadian kejadian semacam mereka yang menyudutkan islam juga terjadi di hampir semua negara yang non muslim, mereka santai saja dan memang tidak perlu di ributkan, karena agama apapun tidak ada yang mengajari tentang kejahatan, kalaupun ada itu orangnya yang jahat bukan agamanya.

Kenapa islam seolah-olah selalu di sudutkan?. Karena yang membesar-besarkan masalah ini adalah orang islam sendiri.

Krisis Kepercayaan
Orang islam sudah semakin mundur jauh kebelakan, sekarang ini rupanya sudah tidak ada lagi yang sanggup percaya kepada sesama pemeluk agama islam, semua saling curiga iri, dengki, hasud, tamak dan lainnya. Ini pertanda bahwa kebanyakan orang islam banyak melihat kebobrokan moral pemimpin-pemimpin islam pada sekarang ini.

Akibat pendidikan yang salah tujuan, pendidikan hanya di tujukan untuk bagaimana mendaptkan harta benda dunia yang berlimpah, agar anak cucu kita tidak kekurangan makan dan minum, bisa hidup layak dan sebagainya.

Ini semua di lakukan oleh sebagaian banyak umat islam di indonesia dan pada akhirnya tidak ayal lagi pendidikan umum atau agama melahirkan mental-mental yang korup yang rakus akan harta benda (Hubu dunia).

Islam Kerisi Pemimpin
Akibat salah didik dari awal, terbukti banyak pejabat-pejabat yang ahli agama bahkan seorang ustad atau ulama melakukan tindakan-tindakan yang tercela, disinilah pokok awal krisis pemimpin. Kalau tidak di perbaiki dari mulai sekarang, maka akan berampak kepada regenerasi yang akan datang.

Adapun cara memperbaikinya yaitu dengan cara merubah mindset anak-anak dari mulai dini. Tanamkan bahwa sekolah atau menuntut ilmu diniatkan untuk menghilangkan kebodohan dan mendatangkan kepandaian untuk bekal ibadah karena Allah dan Rasulnya.

Memilih Pemimpin
Dengan pergeseran nilai-nilai agama yang semakin hari semakin bertambah kerusakkannya, semua orang tidak lagi berpegang kepada agama sebagai tuntunan kehidupan melainkan sebagai tuntutan ekonomi.

Realiti ini memang sungguh benar-benar terjadi di negeri ini, yang mayoritas penduduknya memeluk agama islam.

Media Ngaji ingin mengingatkan kembali kepada teman-teman pembaca, bahwa sorang pemimpin harus memenuhi empat kriteria, kalau keempat kriteria ini sudah benar-benar di penuhi dan di amalkan sudah terlihat buktinya, maka layaklah dia sebagai pemimpin.

Kriteria ini saya yakin teman-teman sudah mengetahuinya, tapi syang, sekarang-sekarang ini sangat jarang di sebut-sebut, entah karena malu untuk menyebutkannya atau karana apa?. Atau takut karena memang mentalnya bertentangan dengan empat kriteria tersebut.

Adapun empat kriteria ini sebagai mana di miliki oleh pemimpin islam terdahulu dan untuk di wariskan kepada pemimpin-pemimpin sekarang.

Ini lah emapat kriteria yang harus di miliki pemimpin :
  • SHIDIQ "Seorang pemimpin harus Benar"
  • FATHONAH "Seorang pemimpin harus Cerdas"
  • AMANAH "Seorang pemimpin harus Dipercaya"
  • TABLIGH "Seorang pemimpin harus Menyampaikan"
Dengan apa yang saya tuliskan ini agar menjadi bahan renungan kepada kita semua. Semoga bisa menjadi manfaat bagi teman-teman semuanya.

Media Ngaji sangat mengharapkan saran dan kritiknya, silahkan salurkan kritik dan saran teman-teman semua melalui halaman Kontak atau teman-teman bisa berkomentar langsung melalui forum komentar yang tersedia di bawah, kami selalu terbuka untuk anda.

0 Response to "Dilema Husnudzon (Melahirkan Pemimpin Yang Korup)"

Posting Komentar